Memasuki era media digital bukanlah suatu hal yang tercipta dengan cepat bila dilihat dari masa lampau ketika menulis saja masih menggunakan kertas papyrus. Namun, kini berkat beberapa orang cerdas yang mau berusaha sampai berkali-kali percobaan dan tekat yang kuat untuk menciptakan suatu maha karya yang terlihat sederhana dapat berdampak besar dalam kelangsungan teknologi yang semakin canggih pada masa era media digital ini. Sudah tidak asing apabila mendengar atau melihat bagaimana masyarakat semakin dimanjakan dan menjadi serba instan dengan adanya teknologi. Tidak dapat dipungkiri apabila teknologi memberikan banyak manfaat pada kehidupan masyarakat seperti berhubungan dengan teman atau sahabat yang terpisah oleh keadaan geografis sehingga tetap dapat berkomunikasi melalui sosial media. Namun, ada kalanya pula teknologi yang semakin cepat berkembang terutama dalam dunia internet dapat memberikan dampak negatif pula yang seringkali tidak atau disadari oleh masyarakat tanpa melihat batasan umur yang ada seperti tayangan kekerasan pada televisi yang membuat anak kecil menirukan adegan tersebut kepada temannya. Maka dari itu, dampak yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi tersebut mengajak kita untuk memandang dari dua sudut pandang yang berbeda yakni bagaimana perkembangan teknologi dapat mempengaruhi perilaku masyarakat atau perilaku masyarakatlah yang mempengaruhi perkembangan teknologi.
"There is a strong tendency, especially when technologies are new, to view them as casual agents, entering societes as active forces of changet that humans have little power to resist." (Bym, 2010). Pernyataan tersebut merupakan suatu definisi yang menjelaskan mengernai determinisme teknologi, yang dapat disimpulkan bagaimana pandangan tersebut menekankan bahwa teknologi lah agen yang memasuki dan mempengaruhi masyarakat dengan secara aktif mengekspos kita sehingga kita susah untuk menolak kehadiran teknologi tersebut. Bym menyatakan pada bukunya yang berjudul Personal Connections in the Digital Age, "..rather than "using" it, people may be "used" by it." Teknologi membuat masyarakat seperti pihak pasif yang menerima kemajuan teknologi yang ada tanpa berusaha untuk menghindarinya. Teknologi membuat perilaku masyarakat yang "candu" akan kehadiran teknologi dan terkesan tidak dapat terlepas dari teknologi tersebut. Contoh sederhana pada zaman sekarang ini ialah bagaimana setiap orang sering mengupdate aktivitas yang mereka lakukan dan mengunggahnya pada sosial media mereka. Bahkan ketika mereka sedang makan saja yang diutamakan bukanlah doa atau menikmati makanan tersebut melainkan difoto terlebih dahulu, mencari caption yang pas, lalu menyebarkan pada teman-teman dunia mayanya. Hal tersebut bukanlah terlihat jelek namun terkadang dapat merubah perilaku masyarakat menjadi kurang interaksi dengan teman-teman sekitarnya saat sedang beraktivitas secara face-to face dan malah asyik dengan gadget masing-masing.
Gambar di bawah ini merepresentasikan bagaimana teknologi mengubah perilaku masyarakat bahwa masyarakat menjadikan teknologi sebagai bagian dari hidupnya dan tidak dapat terpisahkan, menginginkan perasaan eksistensi maupun dilihat oleh orang banyak mengenai apa yang sedang terjadi dalam hidupnya, dan bagaimana teknologi mampu untuk menunda kita menikmati momen indah yang terjadi di depan mata kita dan lebih memilih untuk selalu menjadi nomor satu pada sosial media mereka.
"A technology enters a society from outside and "impact" social life." (Fischer, 1992: 12)
"Inadequate as explanations and dangerously misleading [because] human beings, not machines, are the agents of the change, as men and women introduce new systems of machines that alter their life world" (Nye, 1997: 180). Definisi tersebut melihat bagaiman perilaku masyarakat yang mendukung teriptanya teknologi yang semakin beragam dan canggih. Pandangan tersebut dikenal dengan Kosntruksi Sosial Teknologi (Social Construction of Technology). Proses sosial yang terjadi pada masyarakat, budaya, norma, maupun nilai yang timbul dapat memicu terciptanya teknologi-teknologi baru. Pandangan ini ingin mengatakan bahwa masyarakat lah yang menjadi sumber utama dan memegang peranan penting dalam timbulnya teknologi seperti terciptanya mesin cetak Gutenberg yang menjadi tonggak utama dalam komunikasi massa. Kebutuhan yang berbeda dari setiap masayarakat dan dilatar belakangi oleh faktor yang berbeda membuat adanya teknologi yang memiliki tingkat kecanggihan berbeda, fitur yang berbeda, dan kecanggihan lainnya yang disesuaikan oleh masyarakatnya. One focus of social constructivism is how social forces influence the invetion of new technologies (e.g. Bjiker & Law,1997: 80) , dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa terciptanya teknologi baru memang didukung oleh lingkungan sosial yang mempengaruhi dan bagaimana masyarakat yang tidak pernah puas menuntut terciptanya teknologi yang dapat memudahkan mereka.
Gambar di bawah ini menjelaskan bagaimana terciptanya teknologi yang semakin canggih dikarenakan perilaku masyarakat. Masyarakat membutuhkan teknologi yang dapat menyimpan tulisan cetak yang mungkin penting untuk dibaca nantinya di rumah, atau ketika meminjam catatan teman dan malas untuk menulisnya maka lebih baik menfoto gambar tersebut dan menyimpannya di handphone kita. Faktor-faktor berikutlah yang menimbulkan terciptanya handphone dengan aplikasi yang dapat menscan dokumen dan data penting kita ke dalam handphone kita. Masyarakat yang membutuhkan suatu inovasi memicu tokoh-tokoh tertentu untuk menciptakan teknologi yang memudahkan mereka.
Tidak ada pandangan yang benar atau salah, bagaimana kita menilainya tergantung dari lensa manakah yang kita pilih. Pertanyaan tersebut akan terus berputar menghantui kita, apakah media tersebut atau perilaku masyarakat yang menjadi pengubah dalam kedua variabel tersebut.
Referensi :
Baym, N. K. (2010). “Making New Media Make Sense”, Personal Cconnections in the Digital Age. Cambridge, UK: Polity.
Margaretha Nazhesda
1506686135